I. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran (Suherman, 2003: 7) adalah pola interaksi siswa dengan guru dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran matematika antara lain model pembelajaran klasikal, individu, diagnostik, remidial, terprogram, dan modul.
II. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
A. Pengertian model CTL
Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Aqib, 2013: 4).
B. Komponen CTL
1. Konstruktivisme
a. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
b. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan.
2. Inquiry
a. Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
b. Siswa belajar menggunakanketerampilan berpikir kritis.
3. Questioning (bertanya)
a. Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis Inquiry.
4. Learning Community (Komunitas Belajar)
a. Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
b. Bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
c. Tukar pengalaman
d. Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
a. Proses penampilansuatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar.
b. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
6. Reflection (Refleksi)
a. Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
b. Mencatat apa yang telah dipelajari.
c. Membuat jurnal, karya ilmiah, diskusi kelompok.
7. Authentic Assessment
a. Mengukur ketrampilan dan pengetahuan siswa.
b. Penilaian produk.
c. Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
C. Karakteristik CTL
1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.
D. Pendekatan CTL
1. Problem-Based Learning
Pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2. Authentic Instruction
Pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
3. Inquiry-Based Learning
Pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Project-Based Learning
Pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkontruksi pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
5. Work-Based Learning
Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengggunakankonteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja.
6. Service Learning
Pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Cooperative Learning
Pendekatan pembelajaranyang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.
E. Diagram CTL.
Diagram di atas menunjukkan bahwa tujuan akhir pelaksanaan CTL adalah mendukung pembelajaran yang berkualitas bagi siswa.
III. Model-model Pembelajaran CTL
1. Examples Non-Examples
Langkah-langkah Examples Non-Examples
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP.
c.Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa pada kertas.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesemptan membacakan hasil diskusinya. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
f. Kesimpulan.
Kelebihan:
a. Siswa menjadi lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b. Siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi melalui contoh gambar yang diberikan.
c. Siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Kelemahan:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memakan waktu yang lama
2. Picture and Picture
Langkah-langkah Picture and Picture
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru meneunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
d. Guru memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran untuk gambar tersebut.
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman.
Kelebihan:
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
b. Melatih berpikir logis dan sistematis
Kelemahan:
a. Memakan banyak waktu
b. Banyak siswa yang pasif
3. Numbered Heads Together
Numbered Heads Together diperkenalkan oleh Spencer Kagan. Langkah-langkah Numbered Heads Together:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
Kelebihan:
a. Setiap siswa menjadi siap semua
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan:
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
4. Cooperative Script
Model ini diperkenalkan oleh Densereau. Langkah-langkah Cooperative Script:
a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e. Sementara pendengar melakukan hal berikut.
f. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
g. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
h. Bertukar peran, semula sebagai pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan di atas.
i. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
j. Penutup.
Kelebihan:
a. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan
b. Setiap siswa mendapat peran
c. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan
d. Siswa dapat melatih keberanian diri untuk tampil di depan orang banyak
Kelemahan:
a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut)
5. Kepala Bernomor Struktur
Model ini merupakan modifikasi dari NHT. Langkah-langkah Kepala Bernomor Struktur:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
b. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lainnya. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
c. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
d. Kesimpulan.
6. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Model STAD diperkenalkan oleh Slavin. Langkah-langkah STAD:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya sebanyak 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain)
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis kita tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan.
Kelebihan:
a. Seluruh siswa menjadi lebih siap
b. Melatih kerjasama dengan baik
Kelemahan:
a. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan
b. Membedakan siswa
7. Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw diperkenalkan oleh Areson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snap. Langkah-langkah Jigsaw:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.
h. Penutup.
8. Problem Based Introduction (PBI)
Langkah-langkah Problem Based Introduction (PBI):
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpul data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
9. Artikulasi
Langkah-langkah model pembelajaran Artikulasi:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi sebagaiman biasa.
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
d. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru, dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancarannya dngan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancarannya.
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
g. Kesimpulan/penutup.
10. Mind Mapping
Model pembelajaran Mind Mapping diperkenalkan oleh Toni Buzan. Langkah-langkah model pembelajaran Mind Mapping:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaliknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotannya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya, guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
11. Make-A Match
Model pembelajaran Make-A Match diperkenalkan oleh Lena Curran. Langkah-langkah model pembelajaran Make-A Match:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat yang berbeda sebelumnya.
g. Demikian seterusnya.
h. Kesimpulan/penutup.
12. Think Pair and Share
Model pembelajaran Think Pair and Share diperkenalkan oleh Frank Lyman. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share:
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berpikir tentaang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
d. Guru memimpin pleno kecil disskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
f. Guru memberi kesimpulan.
g. Penutup.
13. Debate
Langkah-langkah model pembelajaran Debate:
a. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra.
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok di atas.
c. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi.
e. Guru menambahkaan konsep/ide yang belum terungkap.
f. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Kelebihan:
a. Peserta didik menajadi lebih kritis
b. Suasana kelas menjadi lebih bersemangat
c. Peserta didik dapat mengungkapakan pendapatnya dalam forum
d. Peserta didik mnjadi lebih besar hati, ketika pendapatnya tidak sesuai dengan peserta yang lain
Kelemahan:
a. Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang berbicara
b. Terkadang timbul perselisihan antar siswa setelah berdebat karena tidak terima pendapatnya disanggah
c. Biasanya timbul rasa ingin saling menjatuhkan
d. Memakan waktu yang cukup lama
14. Role Playing
Langkah-langkah model pembelajaran Role Playing:
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar.
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkannya.
f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j. Evalusi
k. Penutup.
Kelebihan:
a. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh
b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda
c. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan
d. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak
Kelemahan:
a. Terkadang siswa lebih fokus pada permainan dari pada materi dalam permainan
b. Waktu yang dibutuhkan cukup lama
15. Group Investigation
Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation:
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan.
e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
g. Evaluasi.
h. Penutup.