Minggu, 11 Mei 2014

METODE PEMBELAJARAN



I.   Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran (Suherman, 2003: 7)  adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum, misalnya seorang guru menyajikan materi dengan penyampaian dominan secara lisan dan sekali-kali ada tanya jawab. Metode pembelajaran secara umum diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Sedangkan secara khusus, metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan, teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Aqib, 2013:102). Prinsip dasar pendidikan yang dimaksud diantaranya prinsip psikologis pendidikan dan prinsip pedagogis. Sedangkan teknik-teknik yang terkait dengan pembelajaran diantaranya teknik komunikasi dan teknik pengelolaan pembelajaran.

  II. Metode Pembelajaran Matematika

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada sejumlah metode pembelajaran yang mendasar, sedangkan selebihnya adalah kombinasi atau modifikasi dari metode dasar tersebut. Masing-masing metode mempunyai kekuatan (kebaikan, keunggulan) dan kelemahan (kekurangan). Pemilihan metode mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar mengajar.

1.   Metode Ceramah

Ceramah (Suherman, 2003: 201) merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi searah dari pembicaraan kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan kegiatan sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Gambaran metode ceramah adalah sebagai berikut. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Definisi dan rumus diberikan oleh guru. Penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru. Diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya. Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
Metode ceramah dapat dilakukan guru (Aqib, 2013:103),  jika:
a.       untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran
b.      waktu terbatas, sedangkan materi banyak yang akan disampaikan
c.       lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajra, sedangkan jumlah siswa banyak.
Keunggulan
a.       Dapat menampung kelas besar.
b.      Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
c.       Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting.
d.      Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah.
e.       Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.
Kelemahan
a.       Pelajaran berjalan membosankan siswa-siswa menjadi pasif
b.      Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
c.       Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
d. Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “belajar menghafal” (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

2.  Metode Ekspositori

Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang. Karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti.

3.  Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan metode ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi dilibatkan. Dengan demikian dominasi guru lebih berkurang lagi. Ciri khas metode demonstrasi tampak dari adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan, misalnya kemampuan guru membuktikan teorema, menurunkan rumus, dan memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk menggambarkan dua garis sejajar atau saling tegak lurus.

4.  Metode Drill dan Metode Latihan

Sesudah memahami penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan positif sampai 100, akhirnya mereka dituntut untuk mengerjakan dengan cepat dan cermat. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar berhitung ini tergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat kembali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan hal-hal yang perlu untuk “hafal”. Kemampuan-kemampuan demikian merupakan tujuan dari metode drill. Kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikannya dengan cepat dan cermat tidak dapat diperolehdengan metode drill. Kecuali hafal fakta-fakta dasar berhitung, diperlukan pula hafal dan terampil menggunakan algoritma berhitung, dan jika dilakukan tanpa kesalahan akan menghasilkan jawaban yang benar untuk sebua soal. Hafal algoritma dan prosedur matematika matematika secara cepat dan cermat menggunakannya merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran matematika, sedangkan tujuan metode drill adalah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika.

5.Metode Tanya Jawab

Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika bahan pelajaran disajikan melalui tanya jawab. Dengan menggunakan metode ini siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar dengan ekspositori. Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru harus mereka jawab. Atau mungkin mereka balik bertanya jika ada sesuatu yang tidak jelas baginya. Meskipun aktivitas siswa makin besar, namun kegiatan dan materi pengajaran masih ditentukan menurut keinginan guru.
Keunggulan
a.       Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif jika dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong
b.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga tampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti.
c.       Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa ke arah suatu diskusi.
Kelemahan
Metode ini bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika sekelompok siswa memenuhi jawaban atau mengajukkan pertanyaan yang dapat menimbulkan masalah baru dan menyimpang dari pokok persoalan.

6.   Metode Penemuan

Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya ini menemukan sendiri sesuatu hal yang baru. Ini tidak berarti hal yang ditemukan itu benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang lain. Pengajaran dengan metode penemuan berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Misalnya, mengajarkan sifat komutatif perkalian dengan penemuan, siswa diberi sejumlah soal perkalian sebagai berikut: Kerjakan soal-soal berikut:


2 x 6 =...
7 x 5 =...
3 x 5 =...
9 x 1 =...
5 x 3 =...
6 x 2 =...
5 x 7 =...
1 x 9 =...


Keunggulan
a.    Siswa aktif dalam kegiatan belajar.
b.    Siswa memahami benar bahan pelajaran.
c.    Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e.    Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Kelemahan
a.    Metode ini banyak menyita waktu.
b.   Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan kecuali tugas guru sekarang cukup berat.
c.    Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
d.   Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.
e.  Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan.

7.   Metode Inkuiri

Metode inkuiri ialah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Beberapa perbedaannya sebagai berikut: mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil. Sebenarnya mengajar dengan metode inkuiri dapat dilakukan dengan ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya sendiri, namun sudah diketahui oleh guru. Sedangkan dalam inkuiri hal baru itu juga beelum diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya. Dalam metode inkuiri penemuan siswa diharapkan menemukan sesuatu yang penting. Hasilnya adalah nomor dua.
Misalnya, pengajar penemuan dalam geometri  adalah menarik jarak antara dua garis yang sejajar. Sedangkan dalam inkuiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruangan. Ada 4 tahap metode inkuiri:
a. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka teki.
b.Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
c.  Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
d. Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang diterapkan ke situasi lain.

8.   Metode Permainan

Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional matematika. Tujuan ini dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Walaupun permainan matematika menyenangkan penggunaanya harus dibatasi, tidak dilaksanakan seingatnya saja. Barangkali sekali-kali dapat juga diberikan untuk mengisi waktu, mengubah suasana “tekanan tinggi”, menimbulkan minat, dan sejenisnya. Seharusnya direncanakan dengan tujuan instruksional yang jelas, tepat penggunaannya, dan tepat pula waktunya. Permainan yang mengandung nilai-nilai matematika dapat meningkatkan keterampilan, penanaman konsep, pemahaman, dan pemantapannya; meningkatkan kemampuan menemukan, memecahkan masalah, dan lain-lain.
Kelemahan
a.     Tidak semua topik dapat disajikan melalui permainan.
b.      Memerlukan banyak waktu.
c.       Mengganggu proses belajar di kelas lain.

9. Metode Pemberian Tugas

Metode ini biasa disebut metode tugas. Tugas yang paling sering diberikan dalam pengajaran matematika adalah pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-soal, menyuruh siswa mempelajari lebih dahulu topik yang akan dibahas, menyuruh mencari bukti lain dari sebuah teorema. Metode tugas mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari siswa. Agar penilaian lebih objektif dan menimbulkan rasa tanggung jawab, perlu dicek dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan.

10. Metode Studi Mandiri

Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.         Memberikan daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya.
b.        Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri.
c.         Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa.

11. Metode Pembelajaran Terprogram

Metode pembelajaran terprogram menggunakan bahan pelajaran yang disiapkan khusus. Isi pelajaran di dalamnya harus dipecahkan menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera. Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini:
a.        Siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
b.     Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang harus dibuat siswa selama proses belajarnya dimaksudkan untuk membantu belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian dalam mata pelajaran tersebut.
c.         Tersedia sumber yang dapat membantu siswa jika ia mengalami kesulitan.
Kekurangan:
a.    Bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik membuat setiap siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama. Hal ini membuat metode kurang fleksibel.
b.        Biaya pengembangan tinggi.
c.         Siswa kurang mendapat interaksi sosial.

12. Metode Simulasi

Metode simulasi ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Penggunaan metode simulasi ini perlu memerhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a.   Pada tahap permulaan proses belajar, diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya.
b.     Pada tahap pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengordinasikan keterampilan-keterampilan.
c.         Pada tahap akhir, diperlukan tingkat realitas yang tinggi.
d.        Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.

13.   Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Guru disarankan melihat jalan pikiran yang disampaikan oleh siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya. Sekali-kali guru tidak boleh tidak menghargai pendapat siswa tersebut salah menurut guru.

14. Metode Studi Kasus

Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif pemecahannya. Metode ini dapat juga digunakan untuk mengembangkan berpikir kritis dan menemukan solusi baru dari suatu topik yang dipecahkan. Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa, apabila siswa memiliki pengetahuan awal tentang masalah ini.

15. Metode Insiden

Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus, akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka tentang kejadian dan peristiwa tersebut. Data ini sudah tersedia di sekolah dan ada pada guru, maka guru harus mempersiapkan data itu untuk diberikan kepada siswa yang membutuhkannya.

16. Metode Laboratorimu

Menurut Hudojo (1988) prinsip metode laboratorimu  ini adalah peserta didik belajar sambil bekerja, belajar sambil mengobservasi, dan memulai dari konkrit ke abstrak. Metode laboratorium ini sejalan dengan metode induktif dan perluasan induktif. Peserta didik bekerja dengan obyek-obyek yang kemudian digeneralisasikan. Metode ini cocok untuk peserta didik yang masih dalam periode pra-operasional konkret dan operasi konkret. Contoh misalnya menghitung volume suatu silinder dapat dikerjakan dengan bantuan silinder yang sudah baku ukurannya.

17.  Metode Praktikum

Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu. Dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil yang dicapai mereka.

18. Metode Proyek

Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti. Kemudian siswa dimintakan membuat laporan dari tugas yaang diberikan kepadanya dalam bentuk makalah. Metode ini bertujuan membentuk analisis masing-masing siswa.

19.   Metode Bermain Peran

Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara sua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka yang melakukan peran terbuka. Metode ini dapat dipergunakan di dalam mempraktikan isi pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa

20. Metode Seminar

Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topik, masalah tertentu. Setiap anggota kelompok seminar dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung jawab untuk mendapatkan  solusi dan topik, masalah yang dipecahkannya. Guru bertindak sebagai narasumber.

21.Metode Simposium

Metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu. Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya. Setelah itu peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara. Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi, simposium berbeda dengan panel di dalam cara pembahasan persoalan. Sifatnya menyiapkan pembicararaannya menurut satu titik pandangan tertentu  terhadap suatu persoalan yang sama diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan disorot dari titik tolak yang berbeda-beda.

22.   Metode Tutorial

Metode tutorial merupakan cara menyampaikan  bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikan tentang masalah-masalah dan kemajuan yang ditemuinya secara periodik.

23.   Metode Deduktif

Metode deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode ini menjelaskan teoritas ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke khusus. Guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemui para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh. Seperti: makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia, binatang adalah makhluk bernyawa, maka ia akan mati.

24.  Metode Induktif

Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian dibimbing  untuk berusaha keras  mensintesiskan, merumuskan, atau menyimpulkan prinsip dasar pelajaran tersebut.

25.   Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

Tugas dapat diberikan dalam benyuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau salah satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi yang perlu dicari uraiannya dalam buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain. Serta dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu, mengadakan observasi terhadap dan bisa juga melakukan eksperimen.

26.  Metode Kerja Kelompok

Metode ini ialah suatu cara mengajar, dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru.

27.  Metode Sumbang Saran (Brain storming)

Brain storming ialah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan melontarkan suatu masalah ke siswa oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.

28. Metode Karyawisata

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat fakta. Karena itu dikatakan teknik karyawisata, yaitu cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolaah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, toko serba ada, peternakan atau perkebunan, museum, dan sebagainya.

29. Metode Penyajian Kerja Lapangan

Teknik penyajian kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah. Tujuannya tidak hanya sekadar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja. Hal ini agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.

30.   Metode Penyajian secara Sistem Regu/Team Teaching

Sistem regu ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu siswa agar lebih lancar terjadinya interaksi mengajar belajar secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode ini meringankan guru sehingga siswa bisa bertanggung jawab bersama terhadap pelajaran yang diberikannya. Selain itu juga dapat saling membantu antarguru, meningkatkan kerja sama, saling mengisi, dan saling memikirkan bersama pengembangan mata pelajarannya.

31. Metode Mengajar dengan Mempergunakan Komputer

Metode mengajar ini dikembangkan berdasarkan karena pertama-tama sudah jelas pada kehidupan modern di masa depan. Dalam hal ini komputer merupakan merupakan suatu alat yang sangat penting. Selain itu karena derasnya informasi dari pemakai IPTEK, maka penggunaan komputer merupakan satu-satunya cara untuk menampung dengan baik segenap informasi tadi, dan selanjutnya memanfaatkan baik pula.

32. Metode Andragogi.

Secara etimologis kata andragogi berasal dari bahasa yunani yaitu “andr” yang berarti dewasa, dan “agogos” yang berarti membimbing (Sudjana dalam Aqib, 2013: 121). Menurut Sudjana (Aqib, 2013: 121) dalam pandangan andragogi setiap pendidikan harus mampu membantu peserta didik dalam: (a) menciptakan suasana belajar yang kondusif melalui kerja sama dalam merencanakan program pembelajaran, (b) menemukan kebutuhan belajar, (c) merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar, (d) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik, (e) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik, dan sarana belajar yang tepat, dan (f) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Suherman, E, at al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar