I. Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran (Suherman, 2003: 7) adalah cara menyajikan materi yang masih
bersifat umum, misalnya seorang guru menyajikan materi dengan penyampaian
dominan secara lisan dan sekali-kali ada tanya jawab. Metode
pembelajaran secara umum diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Sedangkan
secara khusus, metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam
memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan, teknik dan sumber daya terkait
lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Aqib, 2013:102).
Prinsip dasar pendidikan yang dimaksud diantaranya prinsip psikologis
pendidikan dan prinsip pedagogis. Sedangkan teknik-teknik yang terkait dengan
pembelajaran diantaranya teknik komunikasi dan teknik pengelolaan pembelajaran.
II. Metode
Pembelajaran Matematika
Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan,
tetapi ada sejumlah metode pembelajaran yang mendasar, sedangkan selebihnya
adalah kombinasi atau modifikasi dari metode dasar tersebut. Masing-masing
metode mempunyai kekuatan (kebaikan, keunggulan) dan kelemahan (kekurangan). Pemilihan
metode mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar
mengajar.
1. Metode Ceramah
Ceramah (Suherman, 2003:
201) merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang
kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah
dan komunikasi yang terjadi searah dari pembicaraan kepada pendengar.
Penceramah mendominasi seluruh kegiatan kegiatan sedang pendengar hanya
memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Gambaran metode ceramah adalah
sebagai berikut. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Definisi dan rumus
diberikan oleh guru. Penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri
oleh guru. Diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya.
Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru.
Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja
dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
Metode ceramah dapat dilakukan guru (Aqib, 2013:103), jika:
a. untuk memberikan pengarahan, petunjuk
di awal pembelajaran
b. waktu terbatas, sedangkan materi
banyak yang akan disampaikan
c. lembaga pendidikan sedikit memiliki
staf pengajra, sedangkan jumlah siswa banyak.
Keunggulan
a. Dapat menampung kelas besar.
b. Konsep yang disajikan secara hirarki
akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
c. Guru dapat memberi tekanan terhadap
hal-hal yang penting.
d. Isi silabus dapat diselesaikan dengan
lebih mudah.
e. Kekurangan atau tidak adanya buku
pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran
dengan ceramah.
Kelemahan
a. Pelajaran berjalan membosankan
siswa-siswa menjadi pasif
b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan
dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
c. Pengetahuan yang diperoleh melalui
ceramah lebih cepat terlupakan.
d. Ceramah menyebabkan belajar siswa
menjadi “belajar menghafal” (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya
pengertian.
2. Metode
Ekspositori
Metode ekspositori sama seperti metode ceramah
dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang.
Karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara di awal pelajaran, menerangkan
materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak
hanya mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan
bertanya kalau tidak mengerti.
3. Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah
dan metode ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru atau guru
mendominasi kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas
siswa lebih banyak lagi dilibatkan. Dengan demikian dominasi guru lebih
berkurang lagi. Ciri khas metode demonstrasi tampak dari adanya penonjolan
mengenai suatu kemampuan, misalnya kemampuan guru membuktikan teorema,
menurunkan rumus, dan memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan
alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk menggambarkan dua garis sejajar
atau saling tegak lurus.
4. Metode Drill
dan Metode Latihan
Sesudah memahami penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan positif sampai 100, akhirnya mereka dituntut
untuk mengerjakan dengan cepat dan cermat. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar
berhitung ini tergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat
kembali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan hal-hal yang perlu untuk
“hafal”. Kemampuan-kemampuan demikian merupakan tujuan dari metode drill. Kemampuan yang diperlukan untuk
menyelesaikannya dengan cepat dan cermat tidak dapat diperolehdengan metode drill. Kecuali hafal fakta-fakta dasar
berhitung, diperlukan pula hafal dan terampil menggunakan algoritma berhitung,
dan jika dilakukan tanpa kesalahan akan menghasilkan jawaban yang benar untuk
sebua soal. Hafal algoritma dan prosedur matematika matematika secara cepat dan
cermat menggunakannya merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran
matematika, sedangkan tujuan metode drill
adalah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika.
5.Metode
Tanya Jawab
Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab
jika bahan pelajaran disajikan melalui tanya jawab. Dengan menggunakan metode
ini siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar dengan ekspositori.
Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru harus mereka jawab. Atau
mungkin mereka balik bertanya jika ada sesuatu yang tidak jelas baginya.
Meskipun aktivitas siswa makin besar, namun kegiatan dan materi pengajaran
masih ditentukan menurut keinginan guru.
Keunggulan
a. Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih
aktif jika dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapat sehingga tampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti.
c. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada,
yang dapat dibawa ke arah suatu diskusi.
Kelemahan
Metode
ini bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika
sekelompok siswa memenuhi jawaban atau mengajukkan pertanyaan yang dapat
menimbulkan masalah baru dan menyimpang dari pokok persoalan.
6. Metode
Penemuan
Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan
penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya ini menemukan sendiri
sesuatu hal yang baru. Ini tidak berarti hal yang ditemukan itu benar-benar
baru sebab sudah diketahui oleh orang lain. Pengajaran dengan metode penemuan
berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang
dipelajarinya. Misalnya, mengajarkan sifat komutatif perkalian dengan penemuan,
siswa diberi sejumlah soal perkalian sebagai berikut: Kerjakan soal-soal
berikut:
2 x 6
=...
7 x 5
=...
3 x 5
=...
9 x 1
=...
5 x 3
=...
6 x 2
=...
5 x 7
=...
1 x 9
=...
Keunggulan
a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar.
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran.
c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode
penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak
belajar sendiri.
Kelemahan
a. Metode ini banyak menyita waktu.
b. Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan
mengajar dengan cara penemuan kecuali tugas guru sekarang cukup berat.
c. Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
d. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan
tiap topik.
e. Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan
guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan.
7. Metode Inkuiri
Metode inkuiri ialah metode mengajar yang paling
mirip dengan metode penemuan. Beberapa perbedaannya sebagai berikut: mengajar
dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok
kecil. Sebenarnya mengajar dengan metode inkuiri dapat dilakukan dengan
ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil
akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya
sendiri, namun sudah diketahui oleh guru. Sedangkan dalam inkuiri hal baru itu
juga beelum diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan
pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih
harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya. Dalam
metode inkuiri penemuan siswa diharapkan menemukan sesuatu yang penting.
Hasilnya adalah nomor dua.
Misalnya, pengajar penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua garis yang
sejajar. Sedangkan dalam inkuiri adalah menarik jarak antara dua garis yang
bersilangan sembarang dalam ruangan. Ada 4 tahap metode inkuiri:
a. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah,
permainan, dan teka teki.
b.Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya,
siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang
diperlukan untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
c. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya
dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
d. Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur
yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang diterapkan ke situasi lain.
8. Metode
Permainan
Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang
menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional
matematika. Tujuan ini dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Walaupun permainan matematika menyenangkan penggunaanya harus
dibatasi, tidak dilaksanakan seingatnya saja. Barangkali sekali-kali dapat juga
diberikan untuk mengisi waktu, mengubah suasana “tekanan tinggi”, menimbulkan
minat, dan sejenisnya. Seharusnya direncanakan dengan tujuan instruksional yang
jelas, tepat penggunaannya, dan tepat pula waktunya. Permainan yang mengandung
nilai-nilai matematika dapat meningkatkan keterampilan, penanaman konsep,
pemahaman, dan pemantapannya; meningkatkan kemampuan menemukan, memecahkan
masalah, dan lain-lain.
Kelemahan
a. Tidak semua topik dapat disajikan melalui
permainan.
b. Memerlukan banyak waktu.
c. Mengganggu proses belajar di kelas lain.
9. Metode
Pemberian Tugas
Metode ini biasa disebut metode tugas. Tugas yang
paling sering diberikan dalam pengajaran matematika adalah pekerjaan rumah yang
diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-soal, menyuruh siswa mempelajari
lebih dahulu topik yang akan dibahas, menyuruh mencari bukti lain dari sebuah
teorema. Metode tugas mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya
pertanggungjawaban dari siswa. Agar penilaian lebih objektif dan menimbulkan
rasa tanggung jawab, perlu dicek dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
hasil pekerjaan yang dikumpulkan.
10. Metode Studi
Mandiri
Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas
membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
Metode ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Memberikan
daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya.
b.
Menjelaskan
hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri.
c.
Mempersiapkan
tes untuk menilai keberhasilan siswa.
11. Metode Pembelajaran Terprogram
Metode pembelajaran terprogram menggunakan bahan
pelajaran yang disiapkan khusus. Isi pelajaran di dalamnya harus dipecahkan
menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk mengurangi
kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera. Siswa mendapat kebebasan
untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini:
a. Siswa harus
benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan lain yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
b. Siswa harus
benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang harus dibuat siswa
selama proses belajarnya dimaksudkan untuk membantu belajar, bukan untuk
dijadikan dasar penilaian dalam mata pelajaran tersebut.
c.
Tersedia
sumber yang dapat membantu siswa jika ia mengalami kesulitan.
Kekurangan:
a. Bahan
pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik membuat setiap siswa melalui
urutan kegiatan belajar yang sama. Hal ini membuat metode kurang fleksibel.
b.
Biaya
pengembangan tinggi.
c.
Siswa kurang
mendapat interaksi sosial.
12. Metode Simulasi
Metode simulasi ini menampilkan simbol-simbol atau
peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya.
Penggunaan metode simulasi ini perlu memerhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Pada tahap
permulaan proses belajar, diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa
diharapkan mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang
sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya.
b. Pada tahap
pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa
diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih
luas dan memulai mengordinasikan keterampilan-keterampilan.
c.
Pada tahap
akhir, diperlukan tingkat realitas yang tinggi.
d.
Siswa
diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.
13. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah merupakan metode yang
merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat
yang disampaikan oleh siswa. Guru disarankan melihat jalan pikiran yang
disampaikan oleh siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk
mengeluarkan pendapatnya. Sekali-kali guru tidak boleh tidak menghargai pendapat
siswa tersebut salah menurut guru.
14. Metode Studi Kasus
Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah,
kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif
pemecahannya. Metode ini dapat juga digunakan untuk mengembangkan berpikir
kritis dan menemukan solusi baru dari suatu topik yang dipecahkan. Metode ini
dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa, apabila siswa memiliki
pengetahuan awal tentang masalah ini.
15. Metode Insiden
Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus,
akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu
kejadian atau peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan
tugas harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
kepada mereka tentang kejadian dan peristiwa tersebut. Data ini sudah tersedia
di sekolah dan ada pada guru, maka guru harus mempersiapkan data itu untuk
diberikan kepada siswa yang membutuhkannya.
16. Metode Laboratorimu
Menurut Hudojo (1988) prinsip metode laboratorimu ini adalah peserta didik belajar sambil
bekerja, belajar sambil mengobservasi, dan memulai dari konkrit ke abstrak. Metode
laboratorium ini sejalan dengan metode induktif dan perluasan induktif. Peserta
didik bekerja dengan obyek-obyek yang kemudian digeneralisasikan. Metode ini
cocok untuk peserta didik yang masih dalam periode pra-operasional konkret dan
operasi konkret. Contoh misalnya menghitung volume suatu silinder dapat
dikerjakan dengan bantuan silinder yang sudah baku ukurannya.
17. Metode Praktikum
Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa
setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya.
Kegiatan berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu. Dalam hal
ini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah
diberikan kepadanya serta hasil yang dicapai mereka.
18. Metode Proyek
Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada
semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati,
membaca, meneliti. Kemudian siswa dimintakan membuat laporan dari tugas yaang
diberikan kepadanya dalam bentuk makalah. Metode ini bertujuan membentuk
analisis masing-masing siswa.
19. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan
interaksi antara sua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa
melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka
berinteraksi sesama mereka yang melakukan peran terbuka. Metode ini dapat
dipergunakan di dalam mempraktikan isi pelajaran yang baru, mereka diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini menuntut guru
untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa
20. Metode Seminar
Metode seminar merupakan kegiatan belajar
sekelompok siswa untuk membahas topik, masalah tertentu. Setiap anggota
kelompok seminar dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan
tanggung jawab untuk mendapatkan solusi
dan topik, masalah yang dipecahkannya. Guru bertindak sebagai narasumber.
21.Metode Simposium
Metode simposium adalah metode yang memaparkan
suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu.
Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya. Setelah itu
peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara. Sebuah
simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas
beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi, simposium berbeda dengan
panel di dalam cara pembahasan persoalan. Sifatnya menyiapkan pembicararaannya
menurut satu titik pandangan tertentu
terhadap suatu persoalan yang sama diadakan pembahasan dari berbagai
sudut pandangan dan disorot dari titik tolak yang berbeda-beda.
22. Metode Tutorial
Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam
bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat
mengkonsultasikan tentang masalah-masalah dan kemajuan yang ditemuinya secara
periodik.
23. Metode Deduktif
Metode deduktif merupakan pemberian penjelasan
tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk
penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode ini
menjelaskan teoritas ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat
umum ke khusus. Guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemui para ahli,
kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Seperti: makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia, binatang adalah makhluk
bernyawa, maka ia akan mati.
24. Metode Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai
kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.
Kemudian dibimbing untuk berusaha
keras mensintesiskan, merumuskan, atau
menyimpulkan prinsip dasar pelajaran tersebut.
25. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Tugas dapat diberikan dalam benyuk daftar sejumlah
pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau salah satu perintah yang
harus dibahas dengan diskusi yang perlu dicari uraiannya dalam buku pelajaran.
Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain. Serta dapat
ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu, mengadakan observasi
terhadap dan bisa juga melakukan eksperimen.
26. Metode Kerja Kelompok
Metode ini ialah suatu cara mengajar, dimana siswa
dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5
atau 7 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau
melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditentukan pula oleh guru.
27. Metode Sumbang Saran (Brain storming)
Brain storming ialah suatu teknik atau cara mengajar yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan melontarkan
suatu masalah ke siswa oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan
pendapat, komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah
baru.
28. Metode Karyawisata
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa
perlu diajak ke luar, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal
itu bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat fakta. Karena itu dikatakan teknik karyawisata, yaitu cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek
tertentu di luar sekolaah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau
pabrik sepatu, bengkel mobil, toko serba ada, peternakan atau perkebunan,
museum, dan sebagainya.
29. Metode Penyajian Kerja Lapangan
Teknik penyajian kerja lapangan ialah cara
mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah. Tujuannya
tidak hanya sekadar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung
terjun turut aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja. Hal ini agar siswa dapat
menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri di dalam
pekerjaan yang ada di masyarakat.
30. Metode Penyajian secara Sistem Regu/Team Teaching
Sistem regu ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
membantu siswa agar lebih lancar terjadinya interaksi mengajar belajar secara
kuantitatif maupun kualitatif. Metode ini meringankan guru sehingga siswa bisa
bertanggung jawab bersama terhadap pelajaran yang diberikannya. Selain itu juga
dapat saling membantu antarguru, meningkatkan kerja sama, saling mengisi, dan
saling memikirkan bersama pengembangan mata pelajarannya.
31. Metode Mengajar dengan Mempergunakan
Komputer
Metode mengajar ini dikembangkan berdasarkan
karena pertama-tama sudah jelas pada kehidupan modern di masa depan. Dalam hal
ini komputer merupakan merupakan suatu alat yang sangat penting. Selain itu
karena derasnya informasi dari pemakai IPTEK, maka penggunaan komputer
merupakan satu-satunya cara untuk menampung dengan baik segenap informasi tadi,
dan selanjutnya memanfaatkan baik pula.
32. Metode Andragogi.
Secara etimologis kata andragogi berasal dari
bahasa yunani yaitu “andr” yang berarti dewasa, dan “agogos” yang berarti
membimbing (Sudjana dalam Aqib, 2013: 121). Menurut Sudjana (Aqib, 2013: 121)
dalam pandangan andragogi setiap pendidikan harus mampu membantu peserta didik
dalam: (a) menciptakan suasana belajar yang kondusif melalui kerja sama dalam
merencanakan program pembelajaran, (b) menemukan kebutuhan belajar, (c)
merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar, (d)
merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik,
(e) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik, dan sarana
belajar yang tepat, dan (f) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali
kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Suherman,
E, at al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar